Sudah dua bulan ini bang Razi (abangku yang kedua) tinggal dirumahku bersama anak dan istrinya. It's a privilege to have them in my home. Alasan pertama karena pada dasarnya aku memang senang bertemu dengan orang-orang yang dekat denganku, aku senang dengan suasana ramai bersama keluarga, dan alasan lainnya rumahku jadi gak pernah terasa sepi. Apalagi dengan seringnya suamiku lembur, maka aku bersyukur banget ada kak Ima dan keponakanku Suci yang menemani aku dirumah (karena bang Razi sendiri memang cuma pulang pada saat akhir minggu, sedangkan hari kerja dia di karantina di pusdiklatnya)
Banyak hal baru yang aku dapat dari tinggalnya mereka di rumah, tapi yang sangat unik adalah melihat anak-anakku beradaptasi memiliki saudara baru dirumah. Alhamdulillah mereka bisa beradaptasi dengan sangat baik, seperti biasanya Syahan memang agak protektif terhadap adiknya, dan begitu Suci masuk ke rumah, sikap protektif itu gak cuma ditujukan ke Sandra, tetapi juga pada Suci. Kalau Suci dan Sandra hubungannya seperti ombak, kadang baik dan akur banget, tapi kadang bisa ribut karena hal sepele..But it's normal right? they're just kids. Dan belakangan ini aku menyadari beberapa hal, yaitu kemiripan sifat anak-anak dengan kami orang tuanya (aku menganggap aku dan Rahmat adalah orang tua Suci, dan bang Razi dan kak Ima juga menganggap Syahan dan Sandra sebagai anak mereka), jadi sistem disiplin dan peraturan berlaku sama pada mereka bertiga.
Suci memiliki wajah yang sangat mirip dengan ayahnya (bang Razi), tapi jika dilihat kelakuannya...waduh..kok mirip banget ya sama aku waktu masih kecil. Seperti aku waktu kecil menganggap yang bapakku (alm) sebagai my whole world, begitu juga sikap Suci terhadap ayahnya. Suci thinks of her father as the center of her universe, gak ada yang lebih penting buat Suci selain pendapat ayahnya buat dia , kasih sayang ayahnya buat dia. Memang Suci juga sayang dan patuh pada bundanya, tapi kalau dengan ayahnya hmmm...it's just amazing. Padahal menurut cerita kak Ima, gak ada perlakuan yang berlebihan dari bang Razi buat Suci. Aku ingat sewaktu kecil gimana aku selalu sakit kalau bapak (alm) berangkat ke luar kota, dan baru bisa sembuh kalau bapak pulang, gimana aku selalu tidur didepan pintu menunggu bapak jika bapak pulang malam. The same things happen to Suci, pada saat Suci datang ke Jakarta menyusul bang Razi di Aceh dia demam tinggi, tapi begitu bertemu ayahnya panasnya langsung hilang...aneh memang, but it happens.
Kemiripan kedua aku temui pada anakku Syahan dan Sandra, Syahan selalu senang menggoda adiknya sampai terkadang membuat aku kesal, karena godaannya seolah gak akan berhenti sebelum Sandra merengek dan akhirnya menangis. Lalu bang Razi menyadarkan aku " Lihat deh Syahan dan Sandra, persis Inong sama bang Riza waktu kecil, bang Riza gak akan berhenti menggoda Inong kalau Inong belum nangis"..he..he..he.. kok bisa sih ya?
Kemiripan lain juga disadari adikku Ayu disaat dia melihat Sandra, pada saat kami di Aceh seperti biasa Sandra memiliki cara yang unik untuk melepas sepatu, dia akan menendang-nendang kakinya sampai sepatu itu lepas...Pada saat Ayu melihat dia langsung menjerit ngeri "Haaaa...kok persis aku kecil sih?", mama juga mengatakan hal yang sama disaat aku mengeluh kalau Sandra selalu kehilangan sebelah antingnya dan tidak pernah betah didandani, kata mama "Ya,persis Ayu waktu kecil tuh, antingnya gak pernah lengkap lebih dari 3 bulan, kalau rambutnya diikat, kuncirannya gak pernah utuh nyampe ke rumah". Just like Kassandra.
Coba deh perhatikan kelakuan anak teman-teman sekalian dirumah, pasti ada kemiripan yang lebih unik dibandingkan kemiripan fisik. Seperti kemiripan Suci dan ayahnya yang juga sama-sama selalu menggaruk badan sebangun dari tidur, atau kebiasaan Syahan dan Sandra juga ayahnya yang selalu menyelipkan jari-jari mereka kedalam pinggang piyama mereka disaat mereka tidur. Kemiripan yang aneh tetapi juga sekaligus mengingatkan kita kalau ternyata kita memang masih bersaudara...We are related .