Wednesday, August 26, 2015

Satu Anak Manja dan Ulang Tahunnya

Suatu ketika, berpuluh tahun lalu, ada satu anak perempuan…. Hari itu dia merasa sangat bahagia, karena dihari itu ia berulang tahun, usianya bertambah satu. Bukan hanya ulang tahun biasa, karena semalam Mama bilang “Besok Ulang Tahun kamu akan dirayakan ya.” Si anak merasa senang, sedari pagi ia bersenandung, mengingat nanti sore akan banyak orang bermain kerumahnya. Bapak pun tadi pagi membangunkannya “Selamat ulang tahun, gadis kecil.”…. Ia senang sekali, merasa seakan hari itu akan menjadi hari terindah. 

Tetapi pagi itu rumah sepi, ia tak sekolah hari ini, kata Bapak tadi pagi “Kamu dirumah saja hari ini, jangan kemana-mana ya.” Ia agak bersungut-sungut, karena ia akan kesepian tanpa sekolah, Bapak, orang tersayangnya didunia pun akan ke kantor. Tapi ia menurut, tak pernah mau membuat Bapak kesal.

Berjalan dirumah itu terasa membosankan, Mama sepertinya pergi. Ia berjalan ke dapur, tapi tak ada orang disana. Ia menunggu sambil duduk, menggoyang-goyangkan kakinya yang belum dapat menyetuh lantai . Satu….dua….tiga…. aaaah waktu berjalan seperti kura-kura. Mata si anak tiba-tiba menangkap satu benda. Benda berbentuk botol, berisi sirup, dengan gambar 2 anak ceria diatas kulkas. Vitamin, pikirnya…. “Hmm, sepertinya ide bagus minum vitamin hari ini.” Karena Mama pernah bilang “Supaya segar dan tak gampang sakit, minum ini ya.”

 Waah, tak ada hari yang lebih baik untuk terlihat segar, pikirnya. Ia pun berjalan, berusaha meraih botol itu, sekilas ia mendengar celotehan orang dari ruang depan…. Mama sudah pulang. Sepertinya Mama mengajak orang lain kerumah, mungkin untuk membantu memasak. Berdiri… botol itu tak teraih, berjinjit… masih jauh juga. Akhirnya ia pun merasa pintar, mendapat ide,ia bisa membuka pintu bawah kulkas, memanjat ke raknya, dan berusaha meraih botol vitamin.

Membuka pintu lalu menginjak rak bawah, masih jauh, iapun memanjat rak atasnya…. Ia girang sekali, karena botol itu hampir teraih…. Kegirangan yang berlangsung sesaat, karena tiba-tiba kulkas itupun jatuh, dalam waktu singkat namun terasa bagai adegan pelan, pintu atas kulkas itu menimpa dagunya. Kepalanya menghantam lantai batu dengan telak. Sekilas terdengar orang-orang berteriak “Apa itu?”. Si anak ketakutan, tak terpikir untuk menangis, tak terpikir untuk meminta tolong.

Entah bagaimana ia melepaskan diri dari himpitan kulkas, berlari sekencang ia bisa, menyeberangi jalan, menuju satu tempat yang ia pikir akan melindunginya. Dalam pikirannya hanya ada satu pikiran “Mama pasti akan marah besar, dan Bapak tak ada untuk membelanya”.

Di seberang jalan persis didepan rumahnya, adalah rumah ibu asuhnya, ibu yang ia panggil “Bude”…. Disana mama akan menitipkan ia dan saudaranya, jika mama dan Bapak harus dinas. Ia senang disana, selalu ada kue yang baru dibakar dari oven, dirumah itu Bude akan menggendong jika ia meminta“Bude,sengge… Bude, sengge”.

Rumah itu selalu menawarkan kehangatan jika Bapak dan mama tak ada, terkadang kalau ia sakit, Bude akan merawatnya dirumah itu, sambil bernyanyi dan membujuk. Sesampainya ia dirumah Bude, langsung disambut dengan beliakan mata lebar orang-orang yang tinggal disana, ia tak menangis, ia jauh lebih takut pada Mama dibandingkan ingin menangis dan mengadu. Budepun menjerit, terkesiap, melihat si anak gemetaran, menahan sakit, takut. Bude memeluk, membawanya ke kamar, membujuk, bertanya kenapa…. Si anak tak menjawab…. Takut, sakit, takut lagi.

Tiba-tiba terdengar suara mama memanggil, ternyata mama menyusul…. Mama tak marah, tapi wajahnya menakutkan, membeliak sebesar itu…… wajahnya sepucat itu…… si anak pasrah, tak ada pilihan. Ia hanya bisa mengikuti mama dikala mama bilang “Ayo, pulang”…..

Si anak tak menangis, bahkan saat mama membersihkan badannya dikamar mandi, mengulaskan ramuan berbau tak enak ke dagunya yang sekarang bengkak dan memanjang. Rasa takut pada mama ternyata bisa mengalahkan rasa sakitnya. “Diam disini ya.” Kata mama, suaranya sedikit gemetar…. Si anak mengangguk, masih takut, tapi bersyukur ia tak dimarahi, bersyukur ia tak diomeli…. Apakah belum??

Tak tuk…tak tuk…. Terdengar ketukan familiar di rumah, ketukan yang selalu ia tunggu disaat siang, tetapi sepertinya ketukan sepatu itu datang terlalu awal. Si anak berbaring ditempat tidur, diam… seperti yang diminta mama. Suara mama terdengar berbicara, berbicara dengan suara lain, ada suara keheranan dan kaget, suara terindah buat si anak, suara… Bapak….. Suara Bapak mendekat, suara ketukan sepatu itu semakin jelas… dan saat itupun si anak tahu, penyelamatnya telah tiba…. Mama tak mungkin marah, tak mungkin jika ada Bapak yang membela….. Dan saat itu rasa takutnya pun sirna, dan entah kenapa, rasa sakit yang semenjak tadi tak ia rasa, menjadi seratus, bahkan seribu kali lebih kuat. Pintu kamar membuka, Bapak masih dalam pakaian penuh atribut, membeliak dan ternganga, memanggil nama si anak dengan nada kaget. Dan tangis si anak akhirnya pecah…. Menangis seakan tak ada habisnya, sesegukan tak jelas, mengadu, mengeluh “Bapaaaak, ini sakit sekaliii” .Bapak memeluk, membujuk. Dari balik bahu Bapak, si anak melihat Mama, Mama terlihat heran, menggeleng tak percaya dan akhirnya mendesah,mengangkat bahu, dan bergegas keluar, menutup pintu kamar.

Sore itu teman-temannya tetap datang…… tapi di akhir hari, ia tak lagi terlalu mengingat acara ulang tahun itu, apalagi di tahun-tahun berikutnya. Sebelum tidur Mama datang ke kamarnya, membalurkan lagi obat berbau tak enak itu, kata mama itu gerusan biji pala. Mama membelai rambutnya, bertanya “Masih sakit, nak?”….. Si anak menggeleng, Mama bilang “Besok tak usah sekolah dulu, kalau mau minum vitamin, bilang Mama ya.”

Si anak mengangguk, dan malam itu dia merasa lega menyadari…. Kalau Mama juga sangat sayang padanya, tak seperti Bapak, tapi tetap saja... sangat sayang padanya.

Ditahun-tahun berikutnya, Ulang Tahun si anak tak pernah lagi dirayakan, kecuali saat usianya 12, dimana itupun menjadi bencana, karena tukang kue tempat mama memesan kue, memberikan lilin bertuliskan 13, yang membuat si anak merajuk, dan akhirnya dibujuk oleh satu abangnya, dengan menekan angka tiga lebih jauh ke dalam kue dan membuatnya cukup mirip dengan angka 2 “Tak apa, ini sudah jadi 12 kan sekarang” kata abangnya itu. Abang yang ini cukup sabar memahami kelakuan adiknya yang hanya berbeda usia 1 tahun darinya. Cukuplah sudah….. Ulang tahun itu tak menyenangkan jika dirayakan. Ia akan cukup bahagia jika Bapak, Mama, dan saudara sekandungnya mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”.

Dan beberapa tahun sekali, kisah anak manja yang memanjat kulkas itu, menjadi olok-olok disaat keluarga berkumpul, dan ada yang mengingatnya. “Manja sekali dia, tak menangis sama sekali… giliran Bapaknya pulang, ya ampuuun… serasa kiamat” kata Mama, biasanya akan dihujani oleh tawa siapapun yang mendengar. Cerita akan berlanjut dimana Mama akan membeberkan sifat manja si anak disaat kecil, remaja, bahkan dewasa. Sifat manja yang membuat saudara sekandung lain sebal tak terkira, tapi tak berdaya juga. Sifat manja yang tak lagi bisa diteruskan disaat Bapak meninggal….

Mama akhirnya akan selalu menutup cerita “Terlalu sekali manjanya dulu. Dia bisa belajar menyayangi saya, setelah Bapaknya tiada.” Ya…. Si anak manja itu sekarang sangat sayang kepada Mama.

Bisakah menebak siapa anak manja itu??

Saturday, June 6, 2015

ENAM TAHUN BERSEKOLAH DASAR

Lumayan lama juga gak nulis... eh bukan lumayan deng, malah udah kelamaan. Tapi hari ini akhirnya menulis lagi, dikit.... Pagi sampai siang kemarin tanggal 6 Juni 2015, sekolah Syahan mengadakan acara "Graduation" buat angkatan Syahan, angkatan ke 3, jadi kepengen menulis soal moment spesial ini. Bukan mengenai acaranya, karena terus terang saya sendiri bukan orang yang mementingkan seremoni. Tapi lebih kepada kilas balik selama 6 tahun. Sejauh apa Syahan berkembang. Dari anak umur 6 tahun yang terkagum-kagum pada Spiderman, berbadan kecil dan masih sangat lugu, hingga berkembang menjadi Syahan remaja, dengan kelakuan ala ABG yang kadang bikin kepala pening. Marilah kita menyalahkan hormon pertumbuhan :)
S
Syahan dari tahun ke tahun
Syahan merupakan salah satu anak yang beruntung, karena bisa menghabiskan ke 6 tahun masa sekolah dasarnya di tempat yang sama, yang artinya Syahan tidak perlu terlalu banyak beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dia menemukan tempat yang nyaman untuk bersekolah. Kalau dibandingkan dengan Bundanya yang harus pindah sekolah setidaknya 2 tahun sekali, ke tempat yang berbeda, terkadang baru saja dekat dengan teman, eeeh sudah harus mengepak koper karena Bapak (alm) menerima surat pindah. He's definitely lucky. Selama 6 tahun bersekolah disana nyaris tidak ada hal yang dia keluhkan, kecuali pada saat di kelas 6 ini, mungkin karena suasana ujian akhir yang memberikan tekanan , Syahan sempat merasa stress dan baru bisa bangkit setelah perjalanan yang lumayan panjang. Syukurlah sebelum Ujian Akhir, Syahan bisa menemukan semangat serta menjalani medley ujian yang panjang itu dengan baik. Sekolah Syahan mungkin bukanlah sekolah terbaik di dunia, tapi inilah tempat yang kami anggap terbaik dari berbagai sisi pertimbangan. Pada saat mencari sekolah untuk Syahan, kita memiliki syarat; jarak dan waktu tempuh yang masuk akal, bernuansa islami, biaya yang masuk akal, dan yang penting membuat Syahan merasa nyaman. Pertama sekali menemukan SD ini, kita semua langsung suka, dan Syahanpun merasa suka. Jadilah SD ini rumah Syahan yang kedua selama 6 tahun terakhir. Bukan hanya Syahan yang menemukan "keluarga dan rumah kedua" disekolah ini. Saya sebagai Bundanya pun demikian. Selama kegiatan sekolah, akhirnya bertemulah dengan teman-teman baru, yang menjadi penghibur luar biasa, karena memiliki anak yang bersekolah ditempat yang sama, seumuran pula, akhirnya kita sebagai orangtua pun akhirnya tumbuh dan berkembang bersama. Yah, maklumlah... anak umurnya sama, biasanya tingkah polahnya juga sama, jadi problem ibu-ibunya juga sama.... hehehehe.... Ada masanya anak-anak tergila-gila dengan games Minecraft, ada kalanya Clash of the Clan jadi topik yang tak ada habisnya, ada masanya sama-sama suka ngeyel (beneran kayak janjian deh ngeyelnya). Ada jamannya movie date, ice skating date, Jungleland date, sampe yang terakhir Trans Studio date.
Sebagian dari kami, yang ikut bersekolah 6 tahun
Jadi mengembangkan tali silaturahmi yang baik. Saling menghibur kalau ada yang susah, saling bantu juga kalau ada yang repot. Somehow I found my second family in this school. Apalagi pernah terlibat dalam beberapa acara sekolah, menjadi Class Mom beberapa kali, sering bertemu guru-guru. Sekolah Syahan juga menjadi rumah kedua buat Bundanya, dan 6 tahun yang Syahan alami untuk belajar dan berkembang, juga menjadi 6 tahun masa Bundanya belajar dan berkembang juga. Mendidik dan mengajar anak tidaklah mudah, apalagi kalau membandingkan cara kita belajar dengan cara mereka belajar. Bersyukur sekali punya banyak teman baik yang menjalani hal yang sama, sehingga kalau terkadang hampir hilang akal mengatasi Syahan, berbicara dengan ibu-ibu yang lain, bisa membawa ide baru. Seperti misalnya saat Syahan stress menghadapi Try Out yang seperti tak kunjung usai, akhirnya jadi malas belajar dan malas sekolah. Lumayan bikin stress Bundanya juga, sampe sempat nangis juga jadinya. Berbicara pada salah seorang Mister di sekolah membuat sadar, kalau kita tidak sendiri, guru-guru akan membantu. Teman-teman juga lumayan menghibur. Memberi ide-ide seperti; ayahnya cuti saja dulu menemani Syahan belajar, saran membagi waktu agar belajar jadi tidak stress, ayolah nonton bareng dulu disela ujian, atau yang paling favorit masukan dari teman senior "Harus ngalah-ngalah emang kalo anak lagi mau ujian, ngomelnya berenti dulu sampe ujian selesai"....hahahaha. Sekolah bukan hanya menjadi sekolah, tapi juga berkembang menjadi satu keluarga besar yang menyenangkan. Syahan banyak memperoleh kemampuan dasarnya di sekolah ini, membaca Al Qur'an, Shalat 5 waktu (yang alhamdulillah sampai saat ini masih teratur, insya Allah seterusnya begitu juga), hafal juz 30. Itu merupakan pencapaian yang belum tentu bisa Syahan dapatkan kalau hanya berharap di rumah. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dia miliki juga banyak yang berasal dari sekolah. Kami sebagai orangtua bahkan ikut belajar dan berkembang bersama Syahan. Padahal kalau dilihat, guru-guru sekolah Syahan bukanlah guru yang galak. Bahkan dari hasil berkunjung beberapa kali ke sekolah dalam rangka kegiatan sekolah, kadang saya sebagai Bundanya saja heran, kok bisa sih guru-gurunya begitu sabaaaarrr menghadapi anak-anak ini?? Belum pernah terima cerita dari Syahan kalau dia dimarahi, ajaib sekali. Karena saya sebagai Bundanya saja, sudah bisa dipastikan sering hilang sabar menghadapi Syahan.
Syahan, friends, family
Terima kasih sekolah, terima kasih guru-guru..... Telah menjadikan 6 tahun hidup Syahan menjadi 6 tahun yang penuh makna, Terima kasih Ms.Iin/Ms.Ida (gr.1), Ms.Nurul/Mr.Gustav (gr.2), Mr Wishnu/Ms.Wirda (gr.3), Ms.Mela/Ms.Riska (gr.4), Ms.Tika/Ms.Susi (gr.5), Ms.Dila/Ms.Shinta (gr.6), juga guru-guru bidang studi yang tak dapat saya sebutkan satu persatu. Setiap sentuhan guru-guru sekalian memberikan warna-warna yang indah, menjadi dasar yang sangat baik untuk bekal Syahan melangkah lebih jauh. Mohon do'anya untuk ananda Syahan agar bisa menggapai impiannya kedepan. Walaupun di masa depan akan sangat jarang orang yang menanyakan dimanakah Syahan bersekolah dasar, tapi saya tak akan lupa betapa besar peran dan jasa guru-guru sekalian untuk hidup Syahan. Enam tahun bersekolah dasar, mungkin akan menjadi saat yang paling jarang dibicarakan, walaupun demikian perannya tak akan kalah penting dibandingkan tahun-tahun yang akan datang. For all of my friends that i've met at school, terima kasih juga telah menjadi teman-teman baik, walaupun nanti ada yang misah-misah sekolahnya, gak bakalan lupa deh sama kalian, yang bareng-bareng nungguin anak di lobby, menjahit kostum diruang jahit, berbagai rapat-rapat dengan semua makanan itu hahaha, berbagai "kencan bocah", it really means a lot to me, beyond words. Keep in touch, please.... pokoknya ai lap u deh, wo ai ni, whatever lah hehehehe.
Final Year 2014-2015 Class Moms, It's been a wonderful year
Happy Graduation Syahan, just remember in the future .... where it all begin..... Let's say Alhamdulillah for the great 6 years, and let us say Bismillah, for the years to come.....