Entah kenapa malam ini aku sampai gak bisa tidur karena ingat sama (alm) Bapak, mungkin karena kemarin ultahku dan somewhere in my heart, aku berharap Bapak masih bisa mengucapkan "Selamat Ulang Tahun ya nak..." buat aku, entahlah yang jelas malam ini aku merasa kangen sama (alm) Bapak.
Banyak sekali kenangan yang aku punya tentang Bapak, dari yang lucu sampai yang menyeramkan. Indahnya punya orangtua seperti Bapak dan Mama adalah mereka senang sekali bercerita tentang apa saja, baik pengalaman hidupnya, cerita tentang saudara2nya, dan kadang banyak kekonyolan yang sering terjadi diantara kami kakak beradik dan mereka. Aku gak akan cerita yang sedih2 karena banyak yang aku ingat hari ini adalah kenangan yang menyenangkan.
Seperti kebanyakan orangtua jaman dulu, (alm) Bapak menginginkan salah satu (atau lebih) dari anaknya menjadi seorang dokter, kata beliau dulu. Abangku yang tertua memilih untuk kuliah di Perbanas karena memang pada saat itu dunia perbankan lagi booming, abangku yang kedua juga kurang tertarik untuk menjadi dokter. Aku yang pada saat SMA mengambil jurusan Biologi pun akhirnya sama sekali tidak mengambil pilihan untuk fakultas kedokteran, alasannya karena sedikit sebal pada Bapak yang tidak memperbolehkan aku kuliah diluar kota, teringat pada saat mendiskusikan pilihan fakultas Bapak malah bilang "Jangan kuliah jauh-jauh, Inong disini saja dekat Bapak". Mungkin jika aku memilih kedokteranpun aku gak akan lulus, tapi ya itu alasannya cuma karena sebal. Akhirnya tiba adikku yang akan lulus SMA, Bapakpun tidak lupa akan keinginannya untuk memiliki dokter diantara anak-anaknya, pada adikku Ayu (yang jelas2 jurusan IPS)dia pun bilang "Yu, daftar di kedokteran dong, kan bagus kalau salah satu dari kalian ada yang jadi dokter"..hahaha, memang terkesan agak desperate ya, adikku yang notabene juga lucu malah menjawab "Haduh Pak, nyuruh Ayu masuk kedokteran itu bagaikan bergantung pada dahan yang patah".... kami sekeluargapun akhirnya tertawa terbahak2 saat itu, Bapak pun tertawa geli, entahlah apakah beliau masih kecewa atau tidak saat itu.
Bapak buat aku (sama seperti orang lain) adalah orang yang sangat istimewa, karena terus terang saja banyak kebisaan-kebisaan yang sebenarnya biasa diajarkan oleh ibu kepada anaknya, aku malah mendapatkannya dari Bapak, contohnya saja memasak, aku ingat masakan pertama yang pernah aku buat selain telur ceplok adalah tumis sawi hijau yang merupakan makanan favorit Bapak. Beliau sangat suka sayur dan buah, kebiasaan bagus yang akhirnya ditularkan ke aku. Pernah suatu kali waktu aku berumur 12 tahun jendela rumah dinas kami (yang berupa kaca nako yang bisa dibuka tutup) macet total, tidak bisa dibuka sama sekali. Bapakpun akhirnya mengambil bulu ayam dan secangkir kecil minyak goreng, kami pun mengolesi semua engsel jendela itu sambil ngobrol, rasanya senang sekali... Bapak bilang "Kalau nanti jendela rumah kamu kelak ada yang macet, kamu bisa ngalahin suami kamu ngebenerin jendela" aku dengan acuh pun bilang "Inong mau tinggal sama bapak aja terus", beliau pun tersenyum sampai mata sipitnya tertutup rapat...I really miss him a lot. Dulu aku dan adikku sempat dinasehati "Jadi perempuan itu harus bisa menjahit, harus pintar memasak, biar disayang sama suami nanti"...aku sih manut-manut aja, tapi adikku selalu punya jawaban buat nasehat Bapak, dia bilang "Gimana mau masak Pak, lah Ayu masak air aja bisa kering.." Bapak gak pernah bisa menahan senyum kalau adikku sudah menjawab.
Sewaktu kecil kalau Bapak dinas keluar kota Mamaku udah pasti akan deg-degan, karena entah kenapa badanku selalu panas kalau Bapak gak ada, dan walaupun sudah dibawa ke dokter aku baru akan sembuh kalau Bapak pulang, sampai kalau memang bisa Bapak memilih untuk membawa aku untuk pergi dinas. Waktu berdinas di Timor dulu, aku sempat dibawa ke Los Palos yang notabene emang jauh banget dan terus terang saja sangat beresiko mengingat Timor memang tempat yang sangat rawan. Tapi aku gak perduli, aku lebih memilih bolos sekolah dibandingkan ditinggal Bapak, kebiasaan yang aku teruskan sampai SMA..hehehe...jangan ditiru ya Syahan dan Sandra. He was the center of my universe back then, Bapak sedikit mulai menjaga jarak pada saat suamiku (dulu masih pacar) menyatakan ingin melamar
Hari itu aku masuk ke kamar Bapak dan mama dan bilang "Bapak, si Abang (panggilan aku buat suamiku dulu) mau melamar", reaksi Bapak pertama kali adalah "Kamu kan masih kecil, kok cepat banget mau kawin??" ...dalam hatiku bertanya "Hmmm, 22 masih kecil ya??" reaksi yang diimbangi dengan pelototan mata mama "Apa...masih kecil?" dan mama langsung bilang "Inong, keluar!!".... Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas setengah jam kemudian aku dipanggil lagi dan mama bilang "Bilang sama Abang, silahkan melamar tapi harus pake adat, gak pake solo karir" hehehe... (maksudnya harus ada seulangke dalam adat aceh). Aku gak berani melihat ke Bapak, karena pada saat itu beliau menyembunyikan bibirnya di balik bantal dan aku sempat melihat ujung bantal itu sedikit basah...Setelah itu beliau lebih banyak menghabiskan waktu luang bersama adikku, yang sempat bikin aku sangat sebal... tapi mama mengingatkan "dalam 6 bulan kamu udah jadi istri orang, kamu ngerti dong perasaan bapak gimana??"
Bapak yang memilih baju kebayaku, setelah mama membawa beberapa pilihan kain, Bapak memilih yang berwarna putih. Bapak memang tidak sempat melihat aku menikah, apalagi menimang cucu2nya, tapi aku percaya kalau beliau masih ada, beliau pasti akan senang melihat aku dan keluarga kecilku, senang melihat abang2 dan adik2ku sekarang. Sekarang setiap kali suamiku memanjakan Kassandra, aku seperti melihat aku dalam diri Kassandra, cuma yang berbeda mungkin aku gak seperti mamaku yang agak sewot melihat aku dan (alm) Bapak sangat dekat dulu (atau mungkin belum ya??). Beliau pasti akan senang melihat Syahan dan Kassandra yang suka saling usil (kalau kata abangku persis seperti Bang Riza dan aku sewaktu kecil), Suci yang cantik sekali, dan Khalif yang punya percaya diri luar biasa....Bapak, semoga Bapak bangga melihat kami semua dan semoga Bapak tenang di alam sana...Amin ya Allah...