Wednesday, August 26, 2015

Satu Anak Manja dan Ulang Tahunnya

Suatu ketika, berpuluh tahun lalu, ada satu anak perempuan…. Hari itu dia merasa sangat bahagia, karena dihari itu ia berulang tahun, usianya bertambah satu. Bukan hanya ulang tahun biasa, karena semalam Mama bilang “Besok Ulang Tahun kamu akan dirayakan ya.” Si anak merasa senang, sedari pagi ia bersenandung, mengingat nanti sore akan banyak orang bermain kerumahnya. Bapak pun tadi pagi membangunkannya “Selamat ulang tahun, gadis kecil.”…. Ia senang sekali, merasa seakan hari itu akan menjadi hari terindah. 

Tetapi pagi itu rumah sepi, ia tak sekolah hari ini, kata Bapak tadi pagi “Kamu dirumah saja hari ini, jangan kemana-mana ya.” Ia agak bersungut-sungut, karena ia akan kesepian tanpa sekolah, Bapak, orang tersayangnya didunia pun akan ke kantor. Tapi ia menurut, tak pernah mau membuat Bapak kesal.

Berjalan dirumah itu terasa membosankan, Mama sepertinya pergi. Ia berjalan ke dapur, tapi tak ada orang disana. Ia menunggu sambil duduk, menggoyang-goyangkan kakinya yang belum dapat menyetuh lantai . Satu….dua….tiga…. aaaah waktu berjalan seperti kura-kura. Mata si anak tiba-tiba menangkap satu benda. Benda berbentuk botol, berisi sirup, dengan gambar 2 anak ceria diatas kulkas. Vitamin, pikirnya…. “Hmm, sepertinya ide bagus minum vitamin hari ini.” Karena Mama pernah bilang “Supaya segar dan tak gampang sakit, minum ini ya.”

 Waah, tak ada hari yang lebih baik untuk terlihat segar, pikirnya. Ia pun berjalan, berusaha meraih botol itu, sekilas ia mendengar celotehan orang dari ruang depan…. Mama sudah pulang. Sepertinya Mama mengajak orang lain kerumah, mungkin untuk membantu memasak. Berdiri… botol itu tak teraih, berjinjit… masih jauh juga. Akhirnya ia pun merasa pintar, mendapat ide,ia bisa membuka pintu bawah kulkas, memanjat ke raknya, dan berusaha meraih botol vitamin.

Membuka pintu lalu menginjak rak bawah, masih jauh, iapun memanjat rak atasnya…. Ia girang sekali, karena botol itu hampir teraih…. Kegirangan yang berlangsung sesaat, karena tiba-tiba kulkas itupun jatuh, dalam waktu singkat namun terasa bagai adegan pelan, pintu atas kulkas itu menimpa dagunya. Kepalanya menghantam lantai batu dengan telak. Sekilas terdengar orang-orang berteriak “Apa itu?”. Si anak ketakutan, tak terpikir untuk menangis, tak terpikir untuk meminta tolong.

Entah bagaimana ia melepaskan diri dari himpitan kulkas, berlari sekencang ia bisa, menyeberangi jalan, menuju satu tempat yang ia pikir akan melindunginya. Dalam pikirannya hanya ada satu pikiran “Mama pasti akan marah besar, dan Bapak tak ada untuk membelanya”.

Di seberang jalan persis didepan rumahnya, adalah rumah ibu asuhnya, ibu yang ia panggil “Bude”…. Disana mama akan menitipkan ia dan saudaranya, jika mama dan Bapak harus dinas. Ia senang disana, selalu ada kue yang baru dibakar dari oven, dirumah itu Bude akan menggendong jika ia meminta“Bude,sengge… Bude, sengge”.

Rumah itu selalu menawarkan kehangatan jika Bapak dan mama tak ada, terkadang kalau ia sakit, Bude akan merawatnya dirumah itu, sambil bernyanyi dan membujuk. Sesampainya ia dirumah Bude, langsung disambut dengan beliakan mata lebar orang-orang yang tinggal disana, ia tak menangis, ia jauh lebih takut pada Mama dibandingkan ingin menangis dan mengadu. Budepun menjerit, terkesiap, melihat si anak gemetaran, menahan sakit, takut. Bude memeluk, membawanya ke kamar, membujuk, bertanya kenapa…. Si anak tak menjawab…. Takut, sakit, takut lagi.

Tiba-tiba terdengar suara mama memanggil, ternyata mama menyusul…. Mama tak marah, tapi wajahnya menakutkan, membeliak sebesar itu…… wajahnya sepucat itu…… si anak pasrah, tak ada pilihan. Ia hanya bisa mengikuti mama dikala mama bilang “Ayo, pulang”…..

Si anak tak menangis, bahkan saat mama membersihkan badannya dikamar mandi, mengulaskan ramuan berbau tak enak ke dagunya yang sekarang bengkak dan memanjang. Rasa takut pada mama ternyata bisa mengalahkan rasa sakitnya. “Diam disini ya.” Kata mama, suaranya sedikit gemetar…. Si anak mengangguk, masih takut, tapi bersyukur ia tak dimarahi, bersyukur ia tak diomeli…. Apakah belum??

Tak tuk…tak tuk…. Terdengar ketukan familiar di rumah, ketukan yang selalu ia tunggu disaat siang, tetapi sepertinya ketukan sepatu itu datang terlalu awal. Si anak berbaring ditempat tidur, diam… seperti yang diminta mama. Suara mama terdengar berbicara, berbicara dengan suara lain, ada suara keheranan dan kaget, suara terindah buat si anak, suara… Bapak….. Suara Bapak mendekat, suara ketukan sepatu itu semakin jelas… dan saat itupun si anak tahu, penyelamatnya telah tiba…. Mama tak mungkin marah, tak mungkin jika ada Bapak yang membela….. Dan saat itu rasa takutnya pun sirna, dan entah kenapa, rasa sakit yang semenjak tadi tak ia rasa, menjadi seratus, bahkan seribu kali lebih kuat. Pintu kamar membuka, Bapak masih dalam pakaian penuh atribut, membeliak dan ternganga, memanggil nama si anak dengan nada kaget. Dan tangis si anak akhirnya pecah…. Menangis seakan tak ada habisnya, sesegukan tak jelas, mengadu, mengeluh “Bapaaaak, ini sakit sekaliii” .Bapak memeluk, membujuk. Dari balik bahu Bapak, si anak melihat Mama, Mama terlihat heran, menggeleng tak percaya dan akhirnya mendesah,mengangkat bahu, dan bergegas keluar, menutup pintu kamar.

Sore itu teman-temannya tetap datang…… tapi di akhir hari, ia tak lagi terlalu mengingat acara ulang tahun itu, apalagi di tahun-tahun berikutnya. Sebelum tidur Mama datang ke kamarnya, membalurkan lagi obat berbau tak enak itu, kata mama itu gerusan biji pala. Mama membelai rambutnya, bertanya “Masih sakit, nak?”….. Si anak menggeleng, Mama bilang “Besok tak usah sekolah dulu, kalau mau minum vitamin, bilang Mama ya.”

Si anak mengangguk, dan malam itu dia merasa lega menyadari…. Kalau Mama juga sangat sayang padanya, tak seperti Bapak, tapi tetap saja... sangat sayang padanya.

Ditahun-tahun berikutnya, Ulang Tahun si anak tak pernah lagi dirayakan, kecuali saat usianya 12, dimana itupun menjadi bencana, karena tukang kue tempat mama memesan kue, memberikan lilin bertuliskan 13, yang membuat si anak merajuk, dan akhirnya dibujuk oleh satu abangnya, dengan menekan angka tiga lebih jauh ke dalam kue dan membuatnya cukup mirip dengan angka 2 “Tak apa, ini sudah jadi 12 kan sekarang” kata abangnya itu. Abang yang ini cukup sabar memahami kelakuan adiknya yang hanya berbeda usia 1 tahun darinya. Cukuplah sudah….. Ulang tahun itu tak menyenangkan jika dirayakan. Ia akan cukup bahagia jika Bapak, Mama, dan saudara sekandungnya mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”.

Dan beberapa tahun sekali, kisah anak manja yang memanjat kulkas itu, menjadi olok-olok disaat keluarga berkumpul, dan ada yang mengingatnya. “Manja sekali dia, tak menangis sama sekali… giliran Bapaknya pulang, ya ampuuun… serasa kiamat” kata Mama, biasanya akan dihujani oleh tawa siapapun yang mendengar. Cerita akan berlanjut dimana Mama akan membeberkan sifat manja si anak disaat kecil, remaja, bahkan dewasa. Sifat manja yang membuat saudara sekandung lain sebal tak terkira, tapi tak berdaya juga. Sifat manja yang tak lagi bisa diteruskan disaat Bapak meninggal….

Mama akhirnya akan selalu menutup cerita “Terlalu sekali manjanya dulu. Dia bisa belajar menyayangi saya, setelah Bapaknya tiada.” Ya…. Si anak manja itu sekarang sangat sayang kepada Mama.

Bisakah menebak siapa anak manja itu??

Saturday, June 6, 2015

ENAM TAHUN BERSEKOLAH DASAR

Lumayan lama juga gak nulis... eh bukan lumayan deng, malah udah kelamaan. Tapi hari ini akhirnya menulis lagi, dikit.... Pagi sampai siang kemarin tanggal 6 Juni 2015, sekolah Syahan mengadakan acara "Graduation" buat angkatan Syahan, angkatan ke 3, jadi kepengen menulis soal moment spesial ini. Bukan mengenai acaranya, karena terus terang saya sendiri bukan orang yang mementingkan seremoni. Tapi lebih kepada kilas balik selama 6 tahun. Sejauh apa Syahan berkembang. Dari anak umur 6 tahun yang terkagum-kagum pada Spiderman, berbadan kecil dan masih sangat lugu, hingga berkembang menjadi Syahan remaja, dengan kelakuan ala ABG yang kadang bikin kepala pening. Marilah kita menyalahkan hormon pertumbuhan :)
S
Syahan dari tahun ke tahun
Syahan merupakan salah satu anak yang beruntung, karena bisa menghabiskan ke 6 tahun masa sekolah dasarnya di tempat yang sama, yang artinya Syahan tidak perlu terlalu banyak beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dia menemukan tempat yang nyaman untuk bersekolah. Kalau dibandingkan dengan Bundanya yang harus pindah sekolah setidaknya 2 tahun sekali, ke tempat yang berbeda, terkadang baru saja dekat dengan teman, eeeh sudah harus mengepak koper karena Bapak (alm) menerima surat pindah. He's definitely lucky. Selama 6 tahun bersekolah disana nyaris tidak ada hal yang dia keluhkan, kecuali pada saat di kelas 6 ini, mungkin karena suasana ujian akhir yang memberikan tekanan , Syahan sempat merasa stress dan baru bisa bangkit setelah perjalanan yang lumayan panjang. Syukurlah sebelum Ujian Akhir, Syahan bisa menemukan semangat serta menjalani medley ujian yang panjang itu dengan baik. Sekolah Syahan mungkin bukanlah sekolah terbaik di dunia, tapi inilah tempat yang kami anggap terbaik dari berbagai sisi pertimbangan. Pada saat mencari sekolah untuk Syahan, kita memiliki syarat; jarak dan waktu tempuh yang masuk akal, bernuansa islami, biaya yang masuk akal, dan yang penting membuat Syahan merasa nyaman. Pertama sekali menemukan SD ini, kita semua langsung suka, dan Syahanpun merasa suka. Jadilah SD ini rumah Syahan yang kedua selama 6 tahun terakhir. Bukan hanya Syahan yang menemukan "keluarga dan rumah kedua" disekolah ini. Saya sebagai Bundanya pun demikian. Selama kegiatan sekolah, akhirnya bertemulah dengan teman-teman baru, yang menjadi penghibur luar biasa, karena memiliki anak yang bersekolah ditempat yang sama, seumuran pula, akhirnya kita sebagai orangtua pun akhirnya tumbuh dan berkembang bersama. Yah, maklumlah... anak umurnya sama, biasanya tingkah polahnya juga sama, jadi problem ibu-ibunya juga sama.... hehehehe.... Ada masanya anak-anak tergila-gila dengan games Minecraft, ada kalanya Clash of the Clan jadi topik yang tak ada habisnya, ada masanya sama-sama suka ngeyel (beneran kayak janjian deh ngeyelnya). Ada jamannya movie date, ice skating date, Jungleland date, sampe yang terakhir Trans Studio date.
Sebagian dari kami, yang ikut bersekolah 6 tahun
Jadi mengembangkan tali silaturahmi yang baik. Saling menghibur kalau ada yang susah, saling bantu juga kalau ada yang repot. Somehow I found my second family in this school. Apalagi pernah terlibat dalam beberapa acara sekolah, menjadi Class Mom beberapa kali, sering bertemu guru-guru. Sekolah Syahan juga menjadi rumah kedua buat Bundanya, dan 6 tahun yang Syahan alami untuk belajar dan berkembang, juga menjadi 6 tahun masa Bundanya belajar dan berkembang juga. Mendidik dan mengajar anak tidaklah mudah, apalagi kalau membandingkan cara kita belajar dengan cara mereka belajar. Bersyukur sekali punya banyak teman baik yang menjalani hal yang sama, sehingga kalau terkadang hampir hilang akal mengatasi Syahan, berbicara dengan ibu-ibu yang lain, bisa membawa ide baru. Seperti misalnya saat Syahan stress menghadapi Try Out yang seperti tak kunjung usai, akhirnya jadi malas belajar dan malas sekolah. Lumayan bikin stress Bundanya juga, sampe sempat nangis juga jadinya. Berbicara pada salah seorang Mister di sekolah membuat sadar, kalau kita tidak sendiri, guru-guru akan membantu. Teman-teman juga lumayan menghibur. Memberi ide-ide seperti; ayahnya cuti saja dulu menemani Syahan belajar, saran membagi waktu agar belajar jadi tidak stress, ayolah nonton bareng dulu disela ujian, atau yang paling favorit masukan dari teman senior "Harus ngalah-ngalah emang kalo anak lagi mau ujian, ngomelnya berenti dulu sampe ujian selesai"....hahahaha. Sekolah bukan hanya menjadi sekolah, tapi juga berkembang menjadi satu keluarga besar yang menyenangkan. Syahan banyak memperoleh kemampuan dasarnya di sekolah ini, membaca Al Qur'an, Shalat 5 waktu (yang alhamdulillah sampai saat ini masih teratur, insya Allah seterusnya begitu juga), hafal juz 30. Itu merupakan pencapaian yang belum tentu bisa Syahan dapatkan kalau hanya berharap di rumah. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dia miliki juga banyak yang berasal dari sekolah. Kami sebagai orangtua bahkan ikut belajar dan berkembang bersama Syahan. Padahal kalau dilihat, guru-guru sekolah Syahan bukanlah guru yang galak. Bahkan dari hasil berkunjung beberapa kali ke sekolah dalam rangka kegiatan sekolah, kadang saya sebagai Bundanya saja heran, kok bisa sih guru-gurunya begitu sabaaaarrr menghadapi anak-anak ini?? Belum pernah terima cerita dari Syahan kalau dia dimarahi, ajaib sekali. Karena saya sebagai Bundanya saja, sudah bisa dipastikan sering hilang sabar menghadapi Syahan.
Syahan, friends, family
Terima kasih sekolah, terima kasih guru-guru..... Telah menjadikan 6 tahun hidup Syahan menjadi 6 tahun yang penuh makna, Terima kasih Ms.Iin/Ms.Ida (gr.1), Ms.Nurul/Mr.Gustav (gr.2), Mr Wishnu/Ms.Wirda (gr.3), Ms.Mela/Ms.Riska (gr.4), Ms.Tika/Ms.Susi (gr.5), Ms.Dila/Ms.Shinta (gr.6), juga guru-guru bidang studi yang tak dapat saya sebutkan satu persatu. Setiap sentuhan guru-guru sekalian memberikan warna-warna yang indah, menjadi dasar yang sangat baik untuk bekal Syahan melangkah lebih jauh. Mohon do'anya untuk ananda Syahan agar bisa menggapai impiannya kedepan. Walaupun di masa depan akan sangat jarang orang yang menanyakan dimanakah Syahan bersekolah dasar, tapi saya tak akan lupa betapa besar peran dan jasa guru-guru sekalian untuk hidup Syahan. Enam tahun bersekolah dasar, mungkin akan menjadi saat yang paling jarang dibicarakan, walaupun demikian perannya tak akan kalah penting dibandingkan tahun-tahun yang akan datang. For all of my friends that i've met at school, terima kasih juga telah menjadi teman-teman baik, walaupun nanti ada yang misah-misah sekolahnya, gak bakalan lupa deh sama kalian, yang bareng-bareng nungguin anak di lobby, menjahit kostum diruang jahit, berbagai rapat-rapat dengan semua makanan itu hahaha, berbagai "kencan bocah", it really means a lot to me, beyond words. Keep in touch, please.... pokoknya ai lap u deh, wo ai ni, whatever lah hehehehe.
Final Year 2014-2015 Class Moms, It's been a wonderful year
Happy Graduation Syahan, just remember in the future .... where it all begin..... Let's say Alhamdulillah for the great 6 years, and let us say Bismillah, for the years to come.....

Wednesday, December 22, 2010

"Tradisi Hari Pengambilan Raport"

Kemarin dan tadi adalah hari jadwal aku mengambil raport dari sekolah anak-anak. Kassandra yang masih TK kebagian hari Rabu, sedangkan mas Syahan yang kelas 2 SD kebagian hari kamis. Seperti biasa kalau pengambilan raport guru-guru juga mengkomunikasikan perkembangan anak-anak, prilaku mereka di sekolah serta himbauan supaya anak-anak bisa berkembang lebih baik lagi di masa mendatang. Standar, klasik dan alhamdulillah membanggakan karena anak-anak berkembang baik dan prilakunya juga gak ajaib disekolah.

Hari ini pada saat akan mengambil raport Syahan aku jadi teringat masa-masa pengambilan raport aku dan saudara-saudaraku waktu kita masih sekolah. Terutama ketika 3 diantara kita masuk SD dan abang tertuaku sudah di SMP, pada saat itu kita tinggal di Timor-Timur, entah kenapa memang Tim-Tim jadi tempat yang paling banyak kenangan buat aku. Pembagian raport selalu menjadi hari istimewa yang aku sukai. Pengambilan raport mengingatkan aku berarti liburan datang, dan hal menyenangkan selalu kami alami dihari pengambilan raport.

Pagi hari kami selalu berangkat sekolah duluan, kemudian sekitar pukul 10 Mama akan datang ke sekolah, lalu bergiliran mengambil raport anak-anaknya satu persatu. Mama selalu terlihat cantik disaat hari pengambilan raport. Sepertinya beliau memang selalu berdandan ekstra teliti kalau akan ke sekolah kami, lain dengan aku yang sekarang saat pengambilan raport pokoknya sekedar rapi dan wangi..hehehehe...Dan memang hasilnya selalu membuat kami bangga. Komentar dari teman-teman kami dulu...Ihh Ibunya Inong cantik ya..hahaha...dan akupun sebagai anaknya akan merasa bangga dan terbang ke langit ke tujuh. Dan hasil raportpun dibagikan, sambil deg-degan aku akan menunggu di luar kelas, ingin melihat reaksi Mamaku pada saat keluar kelas. Kalau beliau tersenyum berarti beliau puas dengan hasil raport dan laporan dari guru, kalau beliau cemberut artinya ada sesuatu yang kurang menyenangkan telah terjadi di dalam kelas. Syukurnya, Mama hampir selalu puas dengan hasil raport kami semua, jadi cemberut beliau tidak terlihat. Aku ingat sekali-kalinya mama cemberut keluar dari kelasku adalah pada saat aku di kelas 5 SD, bukan hasil di raportnya yang tidak bagus, cuma prilaku di kelas yang menurut guru agak mengganggu..hehehe...puber kali ya??

Aku gak tau banyak soal raport abang tertuaku, karena jarak umur kita memang agak jauh, jadi pada saat aku kelas 4 SD, dia sudah di SMP. Kalau dengan abang kedua dan adikku aku banyak tau karena kita jarak umurnya memang lumayan dekat. Nah kalau boleh dikasih panggilan, Bang Razi, abangku kedua adalah yang paling menonjol prestasinya, selalu ranking, selalu bagus prilakunya, Top of the pack . Kalau aku ya...rata-rata alias average lah, nilai di raportku selalu stabil, kalau adikku adalah surprisingly brainy...lho kenapa? karena walaupun dia memang selalu bagus nilai-nilainya, dia bisa melompat ke tipe excellent kalo ada pemicunya. Ingat pada saat dia kelas 1 atau 2 ya (lupa), dia kepengen sekali punya sepeda. Dan dia bilang sama Mama "Ma, Ayu kepengen sepeda" nah si Mama yang pikirannya lagi melanglang buana entah kemanapun menjawab "Nanti kalau Ayu ranking 1 Mama beliin deh sepeda". Mama pada saat itu gak berfikir kalau Ayu bisa dapat ranking 1 karena menganggap Ayu anak yang masih manja banget, minum susu aja baru lepas dari dot... But as they say...don't judge a book by it's cover. Pada saat penerimaan raport Ayu pun menjadi ranking 1, dan dengan jahilnya pada saat Mama melirik ke arahnya dia langsung berkata jahil "Kring...kring..kring.." menirukan suara bel sepeda...Hahahaha.... No excuse ya Mama...

Mama juga selalu membuat tradisi disaat hari pengambilan raport, nah walaupun Bapak tidak pernah mengambil raport kami (cuma pernah pada saat aku menerima NEM dan STTB SD Bapak yang mengambilnya) tapi beliau sangat perduli. Bahkan kalau beliau sedang diluar kota, beliau akan menelpon ke rumah (jaman dulu kan belum ada ponsel) menanyakan prestasi anak-anaknya. Kalau beliau puas, wah rasanya bahagia sekali. Kalau Bapak merasa puas, maka Mama akan mengajak kami makan diluar. Ihhhh senang sekali rasanya makan-makan setelah pengambilan raport. Padahal restorannya juga sering ditandangi dihari-hari lain, tapi tetap saja rasanya berbeda dan bangga sekali...xixixi. Konyol ya, hal-hal kecil seperti itu bisa bikin anak-anak luar biasa senang. Pada saat di Tim-Tim tempat favorit kami adalah "Hotel Turismo", nah disana tersedia es krim yang rasanya hmmmm yumm yumm, dan semacam burger yang rotinya bukan burger bun biasa tapi dari roti Paung (roti khas Timor) yang teksturnya mirip sama Bagguete, tapi yang paling aku ingat dari kesenanganku pergi kesana adalah karena di hotel itu sambil makan kita bisa melihat buaya yang ada dikolam hotel, dulu rasanya melihat buaya itu kok ya besar dan menyeramkan, padahal biasanya buaya itu cuma ngadem dan diam aja didalam kolamnya..hehehe.

Mama memang sosok ibu yang unik sekali, buat aku sekarang mama adalah perpustakaan memori, banyak sekali kenangan dan tradisi indah yang mama ciptakan didalam keluarga kami, tradisi "Hari Pengambilan Raport" adalah salah satunya...hehehe... Which reminds me to do the same thing for my children. Jadi aku dan suami berusaha untuk menciptakan tradisi kecil yang mudah-mudahan bisa menjadi memori indah buat mereka, dan bisa mereka ingat dengan bahagia disaat mereka dewasa. So di hari pengambilan raport ini setelah pengambilan raport akupun merencanakan melakukan hal yang fun buat anak-anak, saat dihadapkan pada pilihan berenang atau jalan dan makan di mall, anak-anak memilih buat berenang. So....nanti sore kita akan berenang ya anak-anak, setelah itu kita makan pizza...

Happy holiday to all, and Happy Mother's day to my incredible MOM...

Thursday, September 2, 2010

Teringat Bapak dini hari ini

Entah kenapa malam ini aku sampai gak bisa tidur karena ingat sama (alm) Bapak, mungkin karena kemarin ultahku dan somewhere in my heart, aku berharap Bapak masih bisa mengucapkan "Selamat Ulang Tahun ya nak..." buat aku, entahlah yang jelas malam ini aku merasa kangen sama (alm) Bapak.

Banyak sekali kenangan yang aku punya tentang Bapak, dari yang lucu sampai yang menyeramkan. Indahnya punya orangtua seperti Bapak dan Mama adalah mereka senang sekali bercerita tentang apa saja, baik pengalaman hidupnya, cerita tentang saudara2nya, dan kadang banyak kekonyolan yang sering terjadi diantara kami kakak beradik dan mereka. Aku gak akan cerita yang sedih2 karena banyak yang aku ingat hari ini adalah kenangan yang menyenangkan.

Seperti kebanyakan orangtua jaman dulu, (alm) Bapak menginginkan salah satu (atau lebih) dari anaknya menjadi seorang dokter, kata beliau dulu. Abangku yang tertua memilih untuk kuliah di Perbanas karena memang pada saat itu dunia perbankan lagi booming, abangku yang kedua juga kurang tertarik untuk menjadi dokter. Aku yang pada saat SMA mengambil jurusan Biologi pun akhirnya sama sekali tidak mengambil pilihan untuk fakultas kedokteran, alasannya karena sedikit sebal pada Bapak yang tidak memperbolehkan aku kuliah diluar kota, teringat pada saat mendiskusikan pilihan fakultas Bapak malah bilang "Jangan kuliah jauh-jauh, Inong disini saja dekat Bapak". Mungkin jika aku memilih kedokteranpun aku gak akan lulus, tapi ya itu alasannya cuma karena sebal. Akhirnya tiba adikku yang akan lulus SMA, Bapakpun tidak lupa akan keinginannya untuk memiliki dokter diantara anak-anaknya, pada adikku Ayu (yang jelas2 jurusan IPS)dia pun bilang "Yu, daftar di kedokteran dong, kan bagus kalau salah satu dari kalian ada yang jadi dokter"..hahaha, memang terkesan agak desperate ya, adikku yang notabene juga lucu malah menjawab "Haduh Pak, nyuruh Ayu masuk kedokteran itu bagaikan bergantung pada dahan yang patah".... kami sekeluargapun akhirnya tertawa terbahak2 saat itu, Bapak pun tertawa geli, entahlah apakah beliau masih kecewa atau tidak saat itu.

Bapak buat aku (sama seperti orang lain) adalah orang yang sangat istimewa, karena terus terang saja banyak kebisaan-kebisaan yang sebenarnya biasa diajarkan oleh ibu kepada anaknya, aku malah mendapatkannya dari Bapak, contohnya saja memasak, aku ingat masakan pertama yang pernah aku buat selain telur ceplok adalah tumis sawi hijau yang merupakan makanan favorit Bapak. Beliau sangat suka sayur dan buah, kebiasaan bagus yang akhirnya ditularkan ke aku. Pernah suatu kali waktu aku berumur 12 tahun jendela rumah dinas kami (yang berupa kaca nako yang bisa dibuka tutup) macet total, tidak bisa dibuka sama sekali. Bapakpun akhirnya mengambil bulu ayam dan secangkir kecil minyak goreng, kami pun mengolesi semua engsel jendela itu sambil ngobrol, rasanya senang sekali... Bapak bilang "Kalau nanti jendela rumah kamu kelak ada yang macet, kamu bisa ngalahin suami kamu ngebenerin jendela" aku dengan acuh pun bilang "Inong mau tinggal sama bapak aja terus", beliau pun tersenyum sampai mata sipitnya tertutup rapat...I really miss him a lot. Dulu aku dan adikku sempat dinasehati "Jadi perempuan itu harus bisa menjahit, harus pintar memasak, biar disayang sama suami nanti"...aku sih manut-manut aja, tapi adikku selalu punya jawaban buat nasehat Bapak, dia bilang "Gimana mau masak Pak, lah Ayu masak air aja bisa kering.." Bapak gak pernah bisa menahan senyum kalau adikku sudah menjawab.

Sewaktu kecil kalau Bapak dinas keluar kota Mamaku udah pasti akan deg-degan, karena entah kenapa badanku selalu panas kalau Bapak gak ada, dan walaupun sudah dibawa ke dokter aku baru akan sembuh kalau Bapak pulang, sampai kalau memang bisa Bapak memilih untuk membawa aku untuk pergi dinas. Waktu berdinas di Timor dulu, aku sempat dibawa ke Los Palos yang notabene emang jauh banget dan terus terang saja sangat beresiko mengingat Timor memang tempat yang sangat rawan. Tapi aku gak perduli, aku lebih memilih bolos sekolah dibandingkan ditinggal Bapak, kebiasaan yang aku teruskan sampai SMA..hehehe...jangan ditiru ya Syahan dan Sandra. He was the center of my universe back then, Bapak sedikit mulai menjaga jarak pada saat suamiku (dulu masih pacar) menyatakan ingin melamar

Hari itu aku masuk ke kamar Bapak dan mama dan bilang "Bapak, si Abang (panggilan aku buat suamiku dulu) mau melamar", reaksi Bapak pertama kali adalah "Kamu kan masih kecil, kok cepat banget mau kawin??" ...dalam hatiku bertanya "Hmmm, 22 masih kecil ya??" reaksi yang diimbangi dengan pelototan mata mama "Apa...masih kecil?" dan mama langsung bilang "Inong, keluar!!".... Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas setengah jam kemudian aku dipanggil lagi dan mama bilang "Bilang sama Abang, silahkan melamar tapi harus pake adat, gak pake solo karir" hehehe... (maksudnya harus ada seulangke dalam adat aceh). Aku gak berani melihat ke Bapak, karena pada saat itu beliau menyembunyikan bibirnya di balik bantal dan aku sempat melihat ujung bantal itu sedikit basah...Setelah itu beliau lebih banyak menghabiskan waktu luang bersama adikku, yang sempat bikin aku sangat sebal... tapi mama mengingatkan "dalam 6 bulan kamu udah jadi istri orang, kamu ngerti dong perasaan bapak gimana??"

Bapak yang memilih baju kebayaku, setelah mama membawa beberapa pilihan kain, Bapak memilih yang berwarna putih. Bapak memang tidak sempat melihat aku menikah, apalagi menimang cucu2nya, tapi aku percaya kalau beliau masih ada, beliau pasti akan senang melihat aku dan keluarga kecilku, senang melihat abang2 dan adik2ku sekarang. Sekarang setiap kali suamiku memanjakan Kassandra, aku seperti melihat aku dalam diri Kassandra, cuma yang berbeda mungkin aku gak seperti mamaku yang agak sewot melihat aku dan (alm) Bapak sangat dekat dulu (atau mungkin belum ya??). Beliau pasti akan senang melihat Syahan dan Kassandra yang suka saling usil (kalau kata abangku persis seperti Bang Riza dan aku sewaktu kecil), Suci yang cantik sekali, dan Khalif yang punya percaya diri luar biasa....Bapak, semoga Bapak bangga melihat kami semua dan semoga Bapak tenang di alam sana...Amin ya Allah...

Wednesday, January 27, 2010

My Holiday Story....Bali....


Syahan "the beach boy"


Ada apa di Bali??? Seperti yang sudah kita semua tahu pasti ada Tanah Lot, pantai-pantai yang indah, orang-orang yang beneran holiday conscious dan penuh para bule..he..he..he..Itu sih semua pasti sudah tahu.. Nah kalau biji kopi ternyata punya gender? Itulah pengetahuan baru yang aku dapet setelah berlibur ke Bali akhir januari lalu.

Aku sekeluarga akhirnya bisa liburan serius sama-sama ke Bali, lho kok? bukannya sering jalan-jalan? Iya sih, tapi liburan kali ini emang beda. Karena yang ini emang direncanakan secara 1/2 matang (he..he..he, rough planning aja, karena pas jalan bisa dimodifikasi sesuai sikon) dan kali ini kita menginap diluar rumah lebih dari 1 malam.


one out of many landmarks of Bali..Tanah Lot

Well, ini emang liburan biasa dan pilihan tempatnya pun standar banget buat yang liburan ke luar kota, kemana lagi kalau bukan ke Bali. Dan tempat yang aku kunjungi juga bukan tempat yang aneh bin ajaib dan beda dari yang lain, standar juga buat orang yang berlibur ke Bali. Milih tempat yang khas seperti tanah Lot, Kintamani, Desa Ubud. Trus ke pantai yang emang dimana-mana lah di Bali,Kuta, makan malam di Jimbaran, Nusa Dua. Mungkin yang agak baru milih ke Bird & Reptile Park yang ada di arah Ubud.

Tapi...yang mau aku cerita sebenarnya bukan kemana aku pergi, aku cuma pengen berbagi gimana suasananya aja pas pergi bawa 2 anak. Awalnya aku udah ngebayangin repotnya membawa mereka, tapi sekali lagi emang niat pergi kali ini memang mau menyenangkan mereka yang selalu agak iri kalau ngeliat ayahnya pergi ke luar kota terus, apalagi naik pesawat. Buat anak sebesar mereka emang rasanya amazing banget naik turun pesawat..ha..ha..ha..Syahan pernah berkomentar "Rasanya ajaib Bunda"... emang gimana ya rasanya ajaib?. Dan memang terus terang gak gampang membawa mereka dan membuat mereka terus terhibur sepanjang waktu tanpa bikin kita naik darah.

Kassandra jauh lebih menikmati liburannya, mungkin memang pada dasarnya dia lebih suka dengan alam terbuka dibandingkan mas Syahan yang udah mulai agak rewel dan suka mengeluh dengan panasnya udara (Alhamdulillah banget 3 hari kita jalan-jalan hujannya baru turun menjelang kita sampai hotel). Hari pertama setelah sampai kita cuma jalan-jalan di Kuta Square dan main ke pantai kuta. Hari kedua dan ketiga kita jalan seharian ngubek-ngubek tujuan wisata Bali. Pergi pagi pulang malam. Capek memang. Thanks God that I've got 2 kids, because one of them always take the courtesy of entertaining if the other one was bored. Jadi lucu aja ngeliat Syahan coba ngebujuk Sandra buat nyebur ke kolam, atau ngeliat Sandra manggil-manggil Syahan dari atas tangga, ngasih semangat buat naik "Ayo, terus, sedikit lagi, ayo..ayo.." ha..ha..ha.. lucu banget. Tapi memang berlibur barengan anak-anak memang pake skala prioritas, pilih mana mau nyenengin anak-anak atau mau nyenengin orangtuanya. Karena memang ada beberapa wahana yang sebenarnya fun buat orang dewasa dan pengen kita coba tapi belum tentu anaknya berani (misalnya parasailing, flying fish, snorkling dst). Prioritas kali ini ya memang untuk menyenangkan anak-anak, jadinya kitanya ekstra capek..he..he..he..berkorban dikit lah ya buat anak. Tapi beneran senang kok ngeliat anak-anak kita puas.

Kita sengaja memilih untuk menyewa kendaraan plus sopirnya dari hotel, pertimbangannya...biar kita lebih bisa membuat anak-anak merasa nyaman, bayangkan aja kalau ayahnya dan aku gantian nyetir, otomatis pasti cuma 1 orang dewasa yang perhatian sama 2 anak itu, wah..kebayang kan kalo semuanya bisa jadi lebih cepat Bete. Pilihan yang menurut aku (Alhamdulillah) pas, karena sopirnya emang tau banget jalan-jalan pintas menuju lokasi, dan bisa kasih rekomendasi tempat apa saja yang layak dikunjungi dan harus makan dimana, karena toh kita juga gak bisa makan disembarang restoran...Thanks ya Bli Edy, you made our holiday much easier and fun.

The great thing about Balinese people is that they really take tourism seriously, so gak sulit untuk bikin waktu yang kita habiskan di sana menyenangkan dan berkesan,sifat ramahnya itu bener-bener tulus. Tapi itu gak berarti kita bisa percaya mentah2 sama semua orang. Hati-hati aja deh kalau ada yang nawarin hotel gratis untuk kunjungan berikutnya, atau meminta no telp kita dengan alasan survey. Bisa bikin liburan terganggu deh pokoknya.


asyik kan disuguhi kopi-kopi ini....


Yang paling berkesan buat aku liburan kali ini adalah pada saat kita mampir ke kebun kopi di daerah Seribatu buat coffee tasting, aku baru ngeh kalo ternyata kopi itu ada yang perempuan, ada yang laki. Harga kopi laki itu 3 kali lipat kopi perempuan. Nah di tempat itu kita disuguhi bermacam seduhan minuman panas, male coffee, female coffee, ginseng coffee, teh sereh, teh jahe dan coklat panas. Dan semuanya gratis...kecuali kopi luwak yang per cangkirnya dihargai 30 ribu. Tapi aku gak suka rasa kopi luwak...bingung juga apanya sih yang enak? mungkin bukan ahli kopi kali ya..ha..ha..ha..


Sempat mengunjungi Bakal Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di daerah Ungasan, wah
ini patung kalo udah jadi bakalan keren banget, sayang dari masa Soeharto sampe sekarang yang udah jadi baru sekitar 25%, mudah-mudahan bisa selesai deh. Masa harus nunggu ganti Presiden lagi baru jadi. Sayang aku gak sempat ke Renon, pusat pemerintahan disana tempat perang Puputan, padahal Syahan senang banget pergi ke tempat-tempat yang ada unsur sejarahnya. Maybe next time deh.

So Guys...mau liburan? jangan lupa bikin rencana kasarnya dulu ya, supaya lebih fun dan terukur. Nah kalo masalah belanja, jalan Poppies menawarkan kaus-kaus murah dan lucu, kalo mau yang serba ada toko Krisna boleh dicoba karena selain lengkap udah ada harga bandrolnya, disini aku dapat tas anyaman pandan yang rapi banget. Hasil hunting favoritku adalah poci set keramik yang dapat di tanah lot (disini juga harganya murah dan masih bisa nawar) dan cermin mosaik buat kamar anak-anak. Saranku, beli barang yang bisa kepake dan unik, kalo beli baju yang biasa aja toh di Jakarta juga banyak, see you on the next story ya. So guys...ready to go to Bali? it will be much fun than to go to Singapore (yeah right, I've never been to Singapore before, so what do I know?..ha...ha..ha..)

Sunday, September 27, 2009

As they Grow....



My little Fellow then, my little Man now

Selama kepulangan asisten rumah tanggaku pas masa mudik kemarin pastinya aku dan suamiku harus turun tangan sendiri mengurus rumah dan anak-anak. Mengurus rumah sih gak terlalu berat karena toh rumahku juga gak besar-besar amat dan ada kak Ima dan bang Razi juga yang ikut repot ngebantuin. Nah Kalau urusan mengurus anak-anak kan memang harus dipegang sendiri. And I'm a bit surprised by how much they have grown.

Bukannya aku gak ngurusin anak-anak pada saat mbaknya ada hanya biasanya kalau ada mbaknya aku tinggal ngajak main ,nganter jemput sekolah, makan bareng, menggambar, menyanyi dan nonton kartun bareng. Pokoknya doing the fun parts sedangkan urusan mandi ganti baju dan urusan remeh-temeh gak butuh interaksi penuh dan less fun biasanya langsung aku delegasikan ke mbaknya.



Baby Kassandra and Girlie Kassandra

Beberapa hari yang lalu aku dan keluarga jalan-jalan ke salah satu Mall dan my little Kassandra sedikit mengantuk, di Mall tersebut biasanya meminjamkan baby's pram untuk anak-anak dan aku langsung kepikiran buat meminjam pada saat aku menghampiri counter, mbak CS nya bilang "Kita harus lihat baby-nya dulu bu" dan aku dengan Pede menunjukkan Kassandra yang sedang digendong ayahnya dan mbaknya langsung bilang Bu, maaf..sepertinya gak bisa, anaknya udah terlalu besar...aku dan suami langsung saling memandang dan dalam hatiku terbersit "Kan Kassandra masih bayi". Pikiran yang belakangan aku sadari jelas-jelas salah Kassandra sekarang 4 tahun dan kecuali kebiasaan malas bicaranya dia jelas-jelas bukan lagi bayi. Dia sudah bersekolah di Taman Kanak-Kanak sudah bisa makan sendiri dengan lumayan rapi sudah lihai menyusun puzzle yang lumayan rumit dan sangat ekspresif dengan perasaannya. Bukankah baru kemarin rasanya dia tumbuh gigi pertama.

Perhatianku lalu beralih pada Syahan, pada saat aku membantu dia mencuci tangan sehabis makan, aku memperhatikan kalau tangannya tidak lagi semungil dulu, jari-jarinya sudah panjang dan gak ada lagi sisa-sisa baby's fat yang rasanya masih ada kemarin di jari-jarinya. Aku melihat ke cermin dan menyadari tingginya sudah sedadaku dan dia bukan lagi anak kecil yang masih bergantung pada bundanya dia sudah sangat mandiri tidak perlu disuapi tidak perlu dibantu memakai kaus kaki dan tidur pun sudah di kamar sendiri. Dia sudah mulai berpuasa (hal yang tadinya agak enggan aku kenalkan tapi diyakinkan oleh bang Razi), gigi dewasanya sudah mulai tumbuh. Anakku Syahan sudah tumbuh menjadi lelaki kecil yang mandiri dan insya Allah cerdas. Bahkan Syahan sudah bisa dengan tegas menyatakan sikap like or dislike. "Aku suka museum" atau "Aku gak suka bunda pergi lama-lama", "Ayah aku senang ayah pulang cepat", atau "Aku sayang Kassandra, dia imut"(he..he..he..senang kan liat kakak sayang adek). He's quite critical for a man his age.

Kemana sih tahun-tahun itu berlalu? betapa cepat rasanya mereka besar, Syahan dan Kassandra...rasanya baru kemarin mereka lahir dan membuat aku terjaga tengah malam, rasanya baru kemarin mereka memakai popok. Tersirat rasa senang karena anak-anakku sudah tumbuh dengan sehat (Alhamdulillah ya Allah) tapi juga tersirat rasa takut karena mereka sudah makin mandiri dan punya dunia kecil mereka untuk dinikmati. Berapa lama lagi ya aku masih bisa mencium Syahan dengan bebas tanpa dia merasa canggung, berapa lama lagi Kassandra merengek minta ikut kalau aku mau keluar rumah.

Aku juga menyadari kalau tugasku untuk memperkenalkan disiplin kepada mereka sudah dimulai sejak sekarang karena mereka bukan lagi bayi kecil yang bebas merdeka tapi mereka sedang tumbuh menjadi calon orang dewasa yang memiliki dunia penuh aturan. Selagi aku menulis di blog ini aku sedang menyusun House Rules buat my cheeky princess and my young Man. Walaupun jauh didalam hati aku tahu kalau Syahan dan Kassandra akan bisa menjadi disiplin dengan sejalannya waktu tetap saja didalam hatiku bertanya Is it the right time to do this and can I do it? ...Doakan saja ya para bloggers. Dan buat Syahan dan Kassandra I love you both so much and I hope that you love me too

Sunday, August 16, 2009

OUd Batavia Part 1 Museum Fatahillah


meriam jagur yang unik dan katanya magis

Tahu gak kalau J.P.Coen itu tingginya 3 meter?, trus pernah gak bertanya kalau istilah "duit" yang berarti uang itu asalnya dari mana? itu pengetahuan baru yang aku dan keluargaku dapatkan dari perjalanan kali ini. And I'm gonna share it with you.

Awalnya long weekend kali ini kami tidak akan kemana-mana, ada sih kepikiran buat jalan ke luar kota seperti Bandung atau Puncak, tapi begitu membayangkan macetnya, jadi keder juga. Tapi setelah dipikir lagi rasanya sayang deh kalau long weekend yang agak-agak langka cuma dihabiskan dirumah dan sekitar BSD, akhirnya kepikiran juga untuk mengunjungi oud Batavia atau kawasan kota tua Jakarta.

Memang ya, google is really my soul mate for this kind of thing, karena walaupun sudah tinggal selama 7 tahun di Jakarta dan sekitarnya aku sama sekali belum pernah menapakkan kaki di daerah kota tua (yang tersebar mulai dari stasiun kota sampai daerah pelabuhan sunda kepala). Pas googling ternyata banyak tempat yang ditawarkan untuk dikunjungi. Pilih punya pilih akhirnya ada beberapa tempat yang kami pilih yaitu museum Fatahillah, kampung Bahari, Pecinan Glodok, Jembatan Intan, dan museum wayang. Tujuan pertama adalah museum Fatahillah yang dulunya adalah staad Huis atau Balai kota Batavia.

Pertama kali sampai di pelataran museum ternyata lumayan ramai lho pengunjungnya, dan setelah membayar tiket masuk yang menurut aku kelewat murah (Rp.2000 untuk dewasa dan Rp.600 (???) buat anak-anak)kami memutuskan untuk memakai guide yang memang disediakan oleh pihak museum, biar lebih afdhal. Pilihan yang berakhir sangat baik. Selama kurang lebih 2 jam berkeliling, pengetahuan kami tentang isi museum dan sejarah Jakarta agak nambah. Kalau sempat gak pake guide yang ada mungkin kami akan bingung melihat koleksi museum ini.

Nah pengetahuan yang kami dapat lumayan unik dan bikin aku bersyukur banget hidup di zaman merdeka..ck ck ck, walaupun memang katanya masa Belanda lebih gak kejam dibandingkan Jepang, tetap aja merana banget nasib nenek moyang kita dulu. Bukan cuma kekejaman Daendels yang maksa bikin jalan Anyer-Panarukan dan rel kereta Jakarta-Surabaya, yang lain lebih banyak.

Pas ngelihat penjara misalnya, penjara laki-laki berbentuk kubah dan kalau ngebayangin kakek-kakek kita zaman dulu, jelas kayaknya mereka gak akan bisa berdiri bebas. dan aliran udaranya cuma ada 1 yaitu dari jendela yang ukurannya gak nyampe 2 meter. Dan di dalam ruangan penjara itu biasanya memuat 100 orang, bahkan pada saat pembantaian kaum tionghoa tahun 1793 penjara itu dipaksa untuk memuat 150 orang. Ngerinya lagi semua kegiatan dilakukan disana, dari BAK, BAB, huh...beneran deh harus bersyukur jadi orang merdeka. Penjara wanitanya kalau menurut Syahan lebih kejam..ha..ha..ha, agak tergenang air dan gelap karena berada di ruangan bawah tanah. Cut Nyak Dhien sempat dipenjara disana sebelum akhirnya dipindahkan ke Sumedang. Air minum buat tahanan, ya..sama deh dengan air minum buat kuda. Ada juga bunker tempat menghukum orang, katanya zaman dulu orang yang dihukum (kalau gak dihukum mati), bakalan diikat tangan dan kakinya, trus dimasukkan ke bunker yang berisi air sedada...dan kedalam air dimasukkan lintah..ueghhh.


pintu menuju balkon pengumuman eksekusi

Koleksi museumnya lumayan banyak walaupun sayangnya kurang terawat, dibagian luar ada patung dan meriam Jagur yang benar-benar unuk dan dipercaya berdaya magis, bahkan menurut guide-nya dipercaya menyuburkan kandungan wanita (masa sih?..)ada lukisan-lukisan, ukiran yang luar biasa rapi dan terbuat dari jati besi, perabotan, prasasti, beliung, guci, dst. Nah dari cerita guide-nya kami tahu kalau di abad 19 ada pasangan hartawan belanda baik budi yang doyan membagi kupon sembako namanya keluarga De Witt, konon dari namanya inilah orang batavia menyebut uang dengan sebutan duit. juga tahu kalau Balai Kota ini juga dipakai sebagai ruang pengadilan, tempat eksekusi mati juga. Nah, zaman dulu kalau hakim udah memutuskan buat menghukum seseorang, dia tinggal teriak aja dari balkon atas, lonceng dibunyikan untuk mengumpulkan masa dan para eksekutor dan algojo melaksanakan perintahnya di panggung bawah, ini jadi tontonan dan hiburan lho, bayakngkan aja dalam sehari bisa sampai ada 8 orang yang dihukum mati. Dan tahanan yang mau dihukum gak pernah tahu mereka bakal diapakan, karena mereka sama sekali gak pernah mengikuti sidang, so unfair. Mana cara memenggal kepalanya bukan cuma sekali, tapi berkali-kali biar seru (pshycotic banget kan).

Keluar dari museum rencananya mau mengunjungi museum wayang dan keramik yang ada di bangunan lain di kanan dan kiri museum Fatahillah, tapi sepertinya anak-anak udah mulai bosan, dan gak pengen maksa juga karena takutnya malah anti kalau diajak ke museum lagi. Akhirnya kami bersantai di Cafe Batavia yang nyaman dan sejuk sambil bersyukur kalau kami dan keluarga hidup di zaman bebas merdeka buah hasil perjuangan orang-orang yang mengorbankan segalanya demi merdeka. Karena sudah lumayan sore (keluar dari museum sekitar jam 2, kami memutuskan menyudahi perjalanan kali ini sambil berjanji akan menelusuri bagian kota tua yang lainnya di kali mendatang.